28 November 2012

Sudoku

Sudoku, puzzle menempatkan angka, sangat digemari jutaan orang di dunia, termasuk di Indonesia, terutama masyarakat Jepang.

Cara mengisi Sudoku adalah dengan menempatkan angka 1 sampai 9, tidak urut, ke dalam setiap baris, setiap kolom, dan setiap kotak yang masing-masing berisi sembilan kotak kecil.
Tingkat kesulitan Sudoku sangat bervariasi, dari yang sangat mudah sampai yang super sulit. Kita bisa mengisi Sudoku yang gampang terlebih dahulu, lalu beralih ke tingkat yang sedikit sulit, lebih sulit, dan semakin sulit.

Ada Sudoku yang membingungkan, membuat penasaran, dan tidak jarang orang gagal mengisinya dengan angka-angka yang tepat atau cocok.

Kehidupan keluarga kita mirip Sudoku. Ada masalah yang secara alami mudah diselesaikan, yaitu ketika setiap anggota keluarga bisa menempatkan diri dengan benar. Tetapi tidak sedikit masalah yang menimbulkan beda pendapat dan sikap, ketegangan serta konflik.

Namun, apa pun masalah yang menyeruak di dalam keluarga, seharusnya melatih kita untuk menghargai setiap perbedaan dengan tetap memprioritaskan keutuhan keluarga.

Adakalanya kita lebih mengasihi orang lain ketimbang keluarga sendiri. Kita bisa lebih bersikap baik terhadap orang asing daripada keluarga sendiri. Kita bisa lebih berlaku manis terhadap anak-anak tetangga atau rekan kita ketimbang anak sendiri.

Kita bisa lebih sabar mendengar keluh kesah teman-teman kita daripada keluhan pasangan sendiri. Kita bisa lebih memberi perhatian ketika melayani para lansia di panti wreda daripada ayah ibu atau kakek nenek kita.

Mengapa kita lebih pemaaf menerima kesalahan orang lain, tetapi tidak bagi keluarga sendiri? Mengapa kita bisa lebih menjaga diri untuk tidak terlibat konflik dengan orang lain daripada dengan istri atau suami sendiri?

Mengapa kita bisa lebih mengalah dan membiarkan orang lain “menginjak hati” kita, tetapi tidak bagi siapa pun dalam keluarga kita?

Mengapa ada kata maaf yang begitu cepat meluncur ketika kita berbuat salah kepada orang lain, tetapi maaf itu justru tertahan di dalam mulut saat kita ingin mengakhiri pertengkaran dalam keluarga?

Ada banyak sikap dan perilaku kita di dalam keluarga yang bisa kita renungkan hari ini.

Sebuah nasihat mengingatkan kita agar senantiasa memiliki belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran.

Hendaklah istri tunduk kepada suami, suami mengasihi istri dan tidak berlaku kasar, anak-anak taat kepada orangtua, dan orangtua tidak menyakiti hati anak-anak supaya mereka tidak tawar hati.

Tidakkah semua ini tampak indah di mata Tuhan? Jika kita mengasihi Tuhan, seharusnya kita mengasihi saudara dan keluarga kita.

Seperti Sudoku yang memiliki norma permainan, sepelik apa pun masalah keluarga kita, selama kita menyelesaikan menurut norma yang benar, yaitu kasih Tuhan, kita pasti bisa menyelesaikannya dengan baik. —Agus Santosa

Alangkah baik dan indahnya, apabila kita sekeluarga hidup dengan rukun.

* * *

Sumber: KristusHidup.org, 27/11/2012 (diedit seperlunya)

==========

06 November 2012

Rubah Perusak Cinta

Entah apa yang istimewa dengan rubah sehingga Salomo (Nabi Sulaiman) menyebutkan hewan ini dalam syairnya. Mungkin ia memang benar-benar melihat sekawanan rubah ketika sedang menelusuri kebun anggur bersama kekasihnya!

Rubah adalah hewan omnivora, tetapi makanan favoritnya adalah buah-buahan.
Beberapa penafsir menganggap rubah-rubah ini melukiskan hal-hal kecil yang bisa merusak hubungan dalam pernikahan. Karena kecilnya, sering kali luput dari perhatian.

Posturnya mirip anjing peliharaan, tampaknya tidak berbahaya. Namun, orang yang tahu sifat rubah yang merusak tidak akan membiarkannya. Rubah tak sekadar dihalau karena ia bisa kembali lagi, tetapi ditangkap untuk dihabisi.

Hal-hal perusak pernikahan juga harus dengan serius ditangani hingga tuntas. Rubah-rubah itu tidak membatalkan pernikahan, tetapi bisa merusaknya.

Seperti hubungan pernikahan, hubungan kita dengan Tuhan juga sering dirusak oleh hal-hal yang tampaknya sepele. Dosa-dosa yang tidak diakui, kesibukan yang mengambil alih persekutuan pribadi dengan Tuhan, kemalasan untuk belajar firman Tuhan, kecintaan pada keluarga atau harta benda yang melebihi kecintaan pada Tuhan. Anda dapat meneruskan daftarnya.

Kelihatan tidak berbahaya, kita masih beribadah dan aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani. Status kita sebagai umat Tuhan tidak berubah. Namun, kita tak lagi menikmati hubungan yang intim dan indah dengan Tuhan.

Kebun anggur kita tak lagi semerbak, habis dilalap rubah. Rubah-rubah kecil apa yang harus kita tangkap dan bereskan di hadapan-Nya hari ini? —HAN

JIKA KITA MENGASIHI TUHAN, KITA AKAN MEMBERESKAN SEMUA HAL YANG MERUSAK HUBUNGAN DENGAN-NYA.

* * *

Sumber: e-RH, 6/11/2012 (diedit seperlunya)

Judul asli: Rubah Cinta Kita

==========


Artikel Terbaru Blog Ini