tag:blogger.com,1999:blog-13167120221481123782024-03-13T20:45:59.564+07:00Keluarga HarmonisTIPS BAGI PEMULIHAN KELUARGAPaulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comBlogger26125tag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-22558139150829016342013-05-06T10:28:00.000+07:002013-05-06T10:33:35.624+07:00Mengutamakan KeluargaChris Spielman adalah pemain bola kenamaan di Liga Nasional Amerika. Publik selalu menantikan penampilannya.<br />
<br />
Suatu hari, menjelang dimulainya musim kompetisi, datang berita bahwa istrinya mengidap kanker. Spielman memutuskan untuk berhenti bermain agar bisa merawat istrinya.<br />
<br />
Banyak pihak kecewa. Namun, kepada wartawan ia berkata, "Aku berjanji kepada Stefanie untuk menemaninya selama berobat. Berada di sisinya waktu kesakitan, dan merawat keempat anak kami."<br />
<br />
Ketika menjalani kemoterapi, rambut istrinya rontok. Spielman pun mencukur habis rambutnya sebagai tanda solidaritas.<br />
<br />
Setahun kemudian istrinya meninggal. Spielman bersyukur karena bisa mendampingi istrinya sampai maut memisahkan mereka berdua.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-rmeaV6n1MIM/UYci8K7LhTI/AAAAAAAABGU/Tan0dEVa2XE/s1600/keluarga+Chris+Spielman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="398" src="http://3.bp.blogspot.com/-rmeaV6n1MIM/UYci8K7LhTI/AAAAAAAABGU/Tan0dEVa2XE/s400/keluarga+Chris+Spielman.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small; text-align: start;">keluarga Chris Spielman</span></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Betapa indah kesaksian hidup pasangan yang bisa menjalankan perannya dengan baik. Dalam Kitab Suci dijelaskan apa peran suami maupun istri.<br />
<br />
Suami diminta mengasihi istri "seperti mengasihi tubuhnya sendiri" (Efesus 5:28). Ini tidak mudah. Butuh pengorbanan.<br />
<br />
Bagi Spielman, merawat istri berarti mengorbankan kariernya, mengorbankan peluang untuk memperoleh lebih banyak uang dan popularitas.<br />
<br />
Begitu pula, seorang istri perlu "tunduk kepada suaminya seperti kepada Tuhan" (Efesus 5:22).<br />
<br />
Menundukkan diri butuh pengorbanan harga diri. Tunduk bukan berarti rela ditindas, melainkan belajar menghargai kepemimpinan suami.<br />
<br />
Kapan suami istri bisa berkorban? Saat masing-masing mementingkan pasangannya lebih dari diri sendiri. Lebih dari yang lain.<br />
<br />
Relasi antara orangtua dan anak pun demikian. Saling berkorban hanya mungkin terjadi jika keluarga diutamakan. Diprioritaskan.<br />
<br />
Sudahkah Anda mengutamakan keluarga?<br />
<br />
<b><i>Jika banyak hal lain dijadikan yang utama, anda tak akan rela berkorban bagi keluarga.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Penulis: JTI | e-RH, 19/9/2011<br />
<br />
(diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-40856838006671665402013-02-05T08:13:00.000+07:002013-05-06T10:34:03.510+07:00Lanjut UsiaPada 2011, penduduk dunia tercatat mencapai jumlah sekitar 7 miliar jiwa, dan kira-kira 1 miliar di antaranya adalah warga lanjut usia (lansia). Indonesia menduduki ranking keempat dunia dengan jumlah lansia 24 juta jiwa.<br />
<br />
Warga lansia ini cenderung kurang mendapatkan perhatian. Tidak tersedia fasilitas yang memadai untuk mempersiapkan dan mengarahkan mereka agar tetap sehat, produktif, dan sejahtera.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-Bb6stV0nI6s/URBcF7uLNCI/AAAAAAAAAr0/ep3qlKMoxM0/s1600/lanjut+usia.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="268" src="http://1.bp.blogspot.com/-Bb6stV0nI6s/URBcF7uLNCI/AAAAAAAAAr0/ep3qlKMoxM0/s400/lanjut+usia.jpg" width="400" /></a></div>
Ketika kita masih kecil dan belum mampu mengurus diri sendiri, orangtua kita mencurahkan hidupnya untuk merawat, menghidupi, dan melatih kita agar mampu mandiri.<br />
<br />
Ironisnya, ketika kekuatan mereka melemah, dan mereka membutuhkan pertolongan orang lain untuk mengurus hidup pada masa tuanya, tak jarang anak-anak meninggalkan mereka berjuang sendiri.<br />
<br />
Bagi para lansia, Tuhan berjanji bahwa Dia tidak akan pernah membiarkan kita dan meninggalkan kita seorang diri – sampai rambut kita memutih sekalipun.<br />
<br />
“Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus.” (Yesaya 46:4)<br />
<br />
Bagi para anak, firman Tuhan itu mengundang kita untuk merelakan diri dipakai oleh-Nya dalam mewujudkan janji-Nya kepada orangtua, dengan merawat dan mendukung mereka. Bersediakah kita? —Susanto<br />
<br />
<b><i>Anak yang dibiarkan tidak hormat pada orangtua tidak akan hormat terhadap siapa saja. ~Billy Graham</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 17/1/2013 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-8382110262528422552013-01-01T08:59:00.000+07:002013-01-01T09:03:10.290+07:00Roti GosongSaat Alin masih kecil, ibunya menyajikan makan malam berupa telur goreng, saus, dan beberapa potong roti. Mungkin karena lelah setelah bekerja seharian, ibu Alin memanggang roti sampai gosong.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-DGdxcgXpYko/UOJB8eFylXI/AAAAAAAAAig/YAu2z6XgMy4/s1600/roti+gosong.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="http://4.bp.blogspot.com/-DGdxcgXpYko/UOJB8eFylXI/AAAAAAAAAig/YAu2z6XgMy4/s400/roti+gosong.jpg" width="400" /></a></div>
Alin tegang menunggu respons ayahnya. Ternyata, sang ayah mengambil roti itu sambil tersenyum, memolesnya dengan mentega, lalu memakannya dengan lahap. Ibu Alin meminta maaf, tetapi suaminya menjawab, "Tidak apa-apa, Sayang."<br />
<br />
Sebelum tidur, Alin menghampiri ayahnya dan bertanya, mengapa ayah mau makan roti gosong. Sambil memeluknya, si ayah berkata, "Ibumu sudah lelah bekerja. Lagi pula, kita tidak akan sakit karena memakan roti gosong. Bersyukur saja ia masih bersama kita."<br />
<br />
Hidup kita juga berisi banyak hal yang tak sempurna. Selain keberhasilan dan kebahagiaan, ada berbagai kegagalan dan kekecewaan.<br />
<br />
Saat merenung ke belakang, manakah yang menjadi fokus kita? Bagian yang negatif, yang membangkitkan keluh kesah? Atau, bagian yang positif, yang membuat hati kita membara dengan pujian dan syukur?<br />
<br />
Sepatutnya kita bersyukur atas kebaikan Tuhan yang melimpahi dan melingkupi kita. Ya, kasih-Nya nyata dalam berbagai aspek kehidupan.<br />
<br />
(1) Pengampunan-Nya yang tak ternilai dan undangan-Nya untuk menikmati damai bersama-Nya.<br />
<br />
(2) Penyelamatan-Nya dari kebinasaan kekal, juga kebajikan dan mukjizat-Nya yang mengikuti kita.<br />
<br />
(3) Serta pintu kesempatan dan mata pencaharian yang Dia sediakan untuk memberi kita kecukupan.<br />
<br />
Sungguh suatu berkat indah yang memahkotai tahun-tahun kita, bukan? —AW<br />
<br />
<b><i>Selama jantung kita masih berdetak, berarti kita masih dapat bersyukur menghitung berkat Tuhan.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 1/1/2013 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-90817348635681098692012-12-11T07:49:00.000+07:002012-12-11T07:49:19.096+07:00Kabar yang MenghiburBeberapa waktu yang lalu saya mengunjungi anak seorang sahabat yang dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan tak terduga yang dialaminya.<br />
<br />
Kecelakaan itu terjadi pada waktu ia belajar naik sepeda motor. Yang mendampingi dan melatihnya adalah ayahnya sendiri, sahabat saya itu.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-zplFMO2xisM/UMaCqb9vhyI/AAAAAAAAAcs/vH7wor6UG8E/s1600/sepeda+motor.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="http://1.bp.blogspot.com/-zplFMO2xisM/UMaCqb9vhyI/AAAAAAAAAcs/vH7wor6UG8E/s400/sepeda+motor.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Setelah sekian lama berlatih keseimbangan dengan naik sepeda kayuh, ayahnya kemudian menyerahkan sepeda motor kepada anak ini dan ia langsung tancap gas.<br />
<br />
Rupanya, karena bingung bercampur gugup, anak ini tidak mampu mengendalikan sepeda motornya dan kemudian menabrak sebuah pembatas beton di pinggir jalan.<br />
<br />
Ia langsung terjungkal dari sepeda motor, pingsan dengan kondisi yang cukup parah. Rahang wajah bergeser, demikian pula sejumlah tulang tangan. Di sana-sini luka dan berdarah.<br />
<br />
Siapa yang paling merasa bersalah? Sahabat saya itu. Saya dapat menangkap kesan menyesal dan rasa bersalah yang mendalam di raut wajahnya pada waktu bertemu dengannya di ruang rawat inap anaknya.<br />
<br />
Sebagai ayah yang seharusnya melindungi dan menjaga anaknya, tentu sebuah kesalahan yang terasa berat sekali untuk ditanggung bila karena kelalaiannya anaknya malah mendapat celaka. Rasa-rasanya, apa pun rela dibayar demi menghapus derita anak.<br />
<br />
Sepulang dari rumah sakit saya berbincang dengan istri saya. Kami sepakat bahwa sebagai orangtua tentu berat rasanya menghadapi kenyataan penderitaan anak yang seperti itu.<br />
<br />
Adakah penghiburan bagi para orangtua yang dirundung sedih dan duka akibat perbuatannya kepada anak-anaknya? Adakah penghiburan bagi mereka yang karena perbuatan baiknya telah menyebabkan orang-orang yang mereka kasihi malah celaka, sakit, dan bahkan meninggal dunia?<br />
<br />
Ada kabar yang menghibur dari Tuhan untuk siapa saja yang selama ini sedang dibelenggu oleh “perhambaan” rasa bersalah, penyesalan berkepanjangan, malu, dan terhina. Tuhan menghibur kita dengan kabar indah yang menenangkan hati.<br />
<br />
Ia berkata bahwa masa pergulatan dengan perasaan-perasaan itu sudah berakhir. Kita tidak perlu lagi merasa sedih, bersalah, malu, menyesal, dan bahkan takut.<br />
<br />
Segala kesalahan, kelalaian, dan kecerobohan yang telah menimbulkan perasaan-perasaan yang merenggut energi hidup itu kini “telah diampuni”. Tuhan dengan senang hati mau mengampuni dan sudah mengampuninya. —Pdt. Markus Dominggus Lere Dawa<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.org, 11/12/2012 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-30243231161812522652012-11-28T11:00:00.000+07:002012-11-28T18:32:28.829+07:00SudokuSudoku, <i>puzzle</i> menempatkan angka, sangat digemari jutaan orang di dunia, termasuk di Indonesia, terutama masyarakat Jepang.<br />
<br />
Cara mengisi Sudoku adalah dengan menempatkan angka 1 sampai 9, tidak urut, ke dalam setiap baris, setiap kolom, dan setiap kotak yang masing-masing berisi sembilan kotak kecil.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-TSIqD3aSXoE/ULWLQPvIVHI/AAAAAAAAAZM/Pcb8hCUCS0M/s1600/sudoku.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-TSIqD3aSXoE/ULWLQPvIVHI/AAAAAAAAAZM/Pcb8hCUCS0M/s320/sudoku.jpg" width="320" /></a></div>
Tingkat kesulitan Sudoku sangat bervariasi, dari yang sangat mudah sampai yang super sulit. Kita bisa mengisi Sudoku yang gampang terlebih dahulu, lalu beralih ke tingkat yang sedikit sulit, lebih sulit, dan semakin sulit.<br />
<br />
Ada Sudoku yang membingungkan, membuat penasaran, dan tidak jarang orang gagal mengisinya dengan angka-angka yang tepat atau cocok.<br />
<br />
Kehidupan keluarga kita mirip Sudoku. Ada masalah yang secara alami mudah diselesaikan, yaitu ketika setiap anggota keluarga bisa menempatkan diri dengan benar. Tetapi tidak sedikit masalah yang menimbulkan beda pendapat dan sikap, ketegangan serta konflik.<br />
<br />
Namun, apa pun masalah yang menyeruak di dalam keluarga, seharusnya melatih kita untuk menghargai setiap perbedaan dengan tetap memprioritaskan keutuhan keluarga.<br />
<br />
Adakalanya kita lebih mengasihi orang lain ketimbang keluarga sendiri. Kita bisa lebih bersikap baik terhadap orang asing daripada keluarga sendiri. Kita bisa lebih berlaku manis terhadap anak-anak tetangga atau rekan kita ketimbang anak sendiri.<br />
<br />
Kita bisa lebih sabar mendengar keluh kesah teman-teman kita daripada keluhan pasangan sendiri. Kita bisa lebih memberi perhatian ketika melayani para lansia di panti wreda daripada ayah ibu atau kakek nenek kita.<br />
<br />
Mengapa kita lebih pemaaf menerima kesalahan orang lain, tetapi tidak bagi keluarga sendiri? Mengapa kita bisa lebih menjaga diri untuk tidak terlibat konflik dengan orang lain daripada dengan istri atau suami sendiri?<br />
<br />
Mengapa kita bisa lebih mengalah dan membiarkan orang lain “menginjak hati” kita, tetapi tidak bagi siapa pun dalam keluarga kita?<br />
<br />
Mengapa ada kata maaf yang begitu cepat meluncur ketika kita berbuat salah kepada orang lain, tetapi maaf itu justru tertahan di dalam mulut saat kita ingin mengakhiri pertengkaran dalam keluarga?<br />
<br />
Ada banyak sikap dan perilaku kita di dalam keluarga yang bisa kita renungkan hari ini.<br />
<br />
Sebuah nasihat mengingatkan kita agar senantiasa memiliki belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran.<br />
<br />
Hendaklah istri tunduk kepada suami, suami mengasihi istri dan tidak berlaku kasar, anak-anak taat kepada orangtua, dan orangtua tidak menyakiti hati anak-anak supaya mereka tidak tawar hati.<br />
<br />
Tidakkah semua ini tampak indah di mata Tuhan? Jika kita mengasihi Tuhan, seharusnya kita mengasihi saudara dan keluarga kita.<br />
<br />
Seperti Sudoku yang memiliki norma permainan, sepelik apa pun masalah keluarga kita, selama kita menyelesaikan menurut norma yang benar, yaitu kasih Tuhan, kita pasti bisa menyelesaikannya dengan baik. —Agus Santosa<br />
<br />
<b><i>Alangkah baik dan indahnya, apabila kita sekeluarga hidup dengan rukun.</i></b><br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.org, 27/11/2012 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-90347733564457998932012-11-06T08:16:00.000+07:002012-11-06T08:16:40.341+07:00Rubah Perusak CintaEntah apa yang istimewa dengan rubah sehingga Salomo (Nabi Sulaiman) menyebutkan hewan ini dalam syairnya. Mungkin ia memang benar-benar melihat sekawanan rubah ketika sedang menelusuri kebun anggur bersama kekasihnya!<br />
<br />
Rubah adalah hewan omnivora, tetapi makanan favoritnya adalah buah-buahan.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-B7PqUsIE_EQ/UJhjxo1piMI/AAAAAAAAAUc/T6GiEMn4c_o/s1600/rubah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="275" src="http://1.bp.blogspot.com/-B7PqUsIE_EQ/UJhjxo1piMI/AAAAAAAAAUc/T6GiEMn4c_o/s400/rubah.jpg" width="400" /></a></div>
Beberapa penafsir menganggap rubah-rubah ini melukiskan hal-hal kecil yang bisa merusak hubungan dalam pernikahan. Karena kecilnya, sering kali luput dari perhatian.<br />
<br />
Posturnya mirip anjing peliharaan, tampaknya tidak berbahaya. Namun, orang yang tahu sifat rubah yang merusak tidak akan membiarkannya. Rubah tak sekadar dihalau karena ia bisa kembali lagi, tetapi ditangkap untuk dihabisi.<br />
<br />
Hal-hal perusak pernikahan juga harus dengan serius ditangani hingga tuntas. Rubah-rubah itu tidak membatalkan pernikahan, tetapi bisa merusaknya.<br />
<br />
Seperti hubungan pernikahan, hubungan kita dengan Tuhan juga sering dirusak oleh hal-hal yang tampaknya sepele. Dosa-dosa yang tidak diakui, kesibukan yang mengambil alih persekutuan pribadi dengan Tuhan, kemalasan untuk belajar firman Tuhan, kecintaan pada keluarga atau harta benda yang melebihi kecintaan pada Tuhan. Anda dapat meneruskan daftarnya.<br />
<br />
Kelihatan tidak berbahaya, kita masih beribadah dan aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani. Status kita sebagai umat Tuhan tidak berubah. Namun, kita tak lagi menikmati hubungan yang intim dan indah dengan Tuhan.<br />
<br />
Kebun anggur kita tak lagi semerbak, habis dilalap rubah. Rubah-rubah kecil apa yang harus kita tangkap dan bereskan di hadapan-Nya hari ini? —HAN<br />
<br />
JIKA KITA MENGASIHI TUHAN, KITA AKAN MEMBERESKAN SEMUA HAL YANG MERUSAK HUBUNGAN DENGAN-NYA.<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: e-RH, 6/11/2012 (diedit seperlunya)<br />
<br />
Judul asli: Rubah Cinta Kita<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-33211073652752859312012-10-15T10:27:00.001+07:002012-10-15T10:50:50.184+07:00Cincin Kawin yang JatuhSebuah acara pernikahan di Gereja St John’s Church, Surrey, Inggris tiba-tiba menjadi heboh. Pasangan mempelai, Lewis Aubrey dan Elizabeth Gray, kehilangan cincin kawin yang dibawa oleh kakak mempelai pria karena cincin itu terjatuh di lantai gereja.<br />
<br />
Baru dua jam kemudian cincin itu diketemukan kembali. Untunglah ada yang bersedia meminjamkan cincin demi acara sakral itu bisa berlangsung.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-jKzEb_zWuIw/UHuA4tJL14I/AAAAAAAAARc/t5bjtgNzoX0/s1600/cincin+kawin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://1.bp.blogspot.com/-jKzEb_zWuIw/UHuA4tJL14I/AAAAAAAAARc/t5bjtgNzoX0/s320/cincin+kawin.jpg" width="320" /></a></div>
Sebuah ilustrasi yang mengingatkan bagaimana kondisi pernikahan di zaman ini. Beberapa di antara pasangan pernikahan telah mengalami “cincin kawin yang jatuh” (maksudnya perceraian).<br />
<br />
Cincin kawin jatuh karena tersandung kata “tidak cocok”. Apakah Tuhan pernah menciptakan orang yang cocok? Tuhan menciptakan orang yang berbeda, laki-laki dan perempuan, dengan karakter yang berbeda.<br />
<br />
Pernikahan bukan untuk mencocokkan, tetapi membuat orang yang berbeda saling menghargai, saling menerima, dan saling menyesuaikan. Jangan mudah berkata “tidak cocok” sehingga terjadi tragedi “cincin kawin yang jatuh”.<br />
<br />
Cincin kawin jatuh karena masuknya “orang ketiga”. Ya, hanya dua, bukan tiga, empat, lima orang dan seterusnya. Sadarilah kelemahan kita sebagai manusia, di mana laki-laki adalah orang yang mudah jatuh cinta dan perempuan adalah orang yang maunya “berkuasa” sehingga kebahagiaan bisa terkoyak. Terkoyaknya kesatuan itu akan memudahkan masuknya “orang ketiga”.<br />
<br />
Persatuan dua insan itu bukan seperti lilitan tali yang dianyam, melainkan seperti dua lembar kertas yang saling direkatkan. Dimulai dari lem masih basah sampai mengeras. Sehingga kalau sampai sobek, maka akibatnya fatal atau terkoyak. Peganglah erat-erat pernikahan Anda dengan hati, kemesraan, air mata, doa, dan firman Tuhan.<br />
<br />
Peristiwa pernikahan dengan “cincin kawin yang jatuh” di atas berakhir bahagia, karena setelah dua jam cincin itu ditemukan kembali. Mintalah Tuhan membuat Anda berdua saling berpegangan erat demi cincin pernikahan yang telah terpasang. —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.com, 15/10/2012 (diedit seperlunya)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-12013883426730885502012-09-02T08:48:00.000+07:002012-09-06T12:00:24.707+07:00Antelop dan Burung HantuApakah kita termasuk manusia yang memiliki kepekaan rasa? Artinya, apakah kita termasuk manusia yang hanya bisa belajar dari buku-buku, ataupun literatur yang bisa dibaca dan dinikmati dengan indra penglihatan dan pendengaran (misalnya televisi dan radio). Ataukah kita termasuk jenis manusia yang peduli terhadap sekeliling kita, dan bisa belajar dari sana?<br />
<br />
Saya sering dibuat terkagum-kagum, ketika sedang menikmati alam lingkungan sekitar rumah tinggal saya. Ketika saya menerawang ke atas, ada langit yang begitu cerah, kadang-kadang mendung, ada semburat jingga, biru, dan aneka warna langit yang begitu indah memanjakan pandangan mata saya.<br />
<br />
Demikian juga ketika saya sedang berkebun, ada banyak pepohonan buah di sana, dan di antara pepohonan itu, ada berbagai macam binatang.<br />
<br />
Dari semua makhluk ciptaan Tuhan, ada antelop (binatang seperti rusa) dan burung hantu. Keduanya adalah binatang yang indah dan memiliki cara hidup masing-masing.<br />
<br />
Antelop adalah binatang yang jika telah kawin, pejantan tidak mau membantu betina menjaga dan membesarkan anak-anaknya, tetapi dia akan sibuk mencari makan untuk dirinya sendiri.<br />
<br />
Sementara burung hantu, meskipun secara fisik dia lebih kecil daripada antelop, tetapi ia dikenal sebagai pasangan yang setia, karena mereka akan membesarkan dan menjaga anak-anaknya yang baru dilahirkan secara bersama-sama.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-5KdqneeKPpo/UEgrabwvYWI/AAAAAAAAAJ0/r7WooVNpD1A/s1600/burung+hantu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="285" src="http://3.bp.blogspot.com/-5KdqneeKPpo/UEgrabwvYWI/AAAAAAAAAJ0/r7WooVNpD1A/s400/burung+hantu.jpg" width="400" /></a></div>
Wowww! Saya takjub sekali dengan kehidupan si burung hantu ini. Tidak tahu di mana mereka mencari makan, tetapi mereka secara bersama-sama memberi makan anak-anaknya.<br />
<br />
Ketika hujan, panas, badai, dan dalam keadaan apa pun mereka menjaga anak-anak mereka secara bersama-sama.<br />
<br />
Mereka membesarkan anak-anaknya dengan penuh rasa tanggung jawab, hingga tiba saatnya anak-anak dapat mengembangkan sayap dan terbang mandiri mengelana di angkasa.<br />
<br />
Marilah belajar kesetiaan dari burung hantu. Setialah pada komitmen kita, pasangan kita. Setialah kepada Tuhan yang selalu setia kepada kita. —Elisa Christanto<br />
<br />
* * *<br />
<br />
Sumber: KristusHidup.com, 2/9/12 (diedit sedikit)<br />
<br />
==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-29297844800239628922011-01-20T10:52:00.001+07:002011-01-20T10:54:44.153+07:00Uang Masa DepanSejarawan Prancis, Alexis de Tocqueville pernah memprediksi tentang keadaan keuangan masyarakat Amerika. Ia menuliskan ini sekitar 100 tahun yang lalu, "Tidak ada negara lain, di mana cinta akan uang telah tumbuh di dalam hati setiap orang."<br /><br />Sekitar dua tahun terakhir, Amerika mengalami krisis keuangan yang disebabkan oleh gaya hidup masyarakatnya yang suka memakai "uang masa depan". Masyarakat Amerika hidup dengan kemudahan fasilitas kartu kredit, yang memacu orang untuk memakai penghasilan bulan depan untuk berbelanja.<br /><br />Gaya hidup memakai uang masa depan ini yang kemudian membuat banyak orang terlilit utang, bunga bank yang relatif tinggi membuat banyak orang bangkrut dan menjadi miskin. Masyarakat di kota-kota besar di Indonesia pun mulai tertular gaya hidup yang gemar memakai uang masa depan ini.<br /><br />Ada 3 langkah yang akan membantu anda keluar dari masalah lilitan utang:<br /><br /><strong><em>Pertama</em>, berhenti membuat utang baru, apalagi dalam jumlah yang besar.<br /></strong>Belajarlah mendisiplin diri untuk melihat dan mencatat uang tunai yang anda miliki, bukan melihat pada usaha apa yang bisa anda lakukan untuk mendapat pinjaman.<br /><br />Jangan berusaha membuat utang baru untuk memenuhi apa yang anda inginkan, itu adalah jebakan yang akan membuat anda terpuruk lebih dalam.<br /><br />Gunakan uang tunai yang ada untuk memenuhi kebutuhan, dan cukupkanlah diri dengan uang yang ada pada anda!<br /><br /><strong><em>Kedua</em>, rencanakan masa depan.<br /></strong>Seseorang mengamati perbedaan sikap dalam cara mengelola keuangan antara yang kaya dan yang miskin. Mereka yang kaya menginvestasikan sebagian dari uang mereka dan memakai sisanya; sementara yang miskin berupaya menghabiskan uangnya dan menginvestasikan apa yang tersisa.<br /><br />Jika anda benar-benar ingin keluar dari lilitan utang, rencanakan masa depan dengan mengelola keuangan secara benar. John Maxwell merencanakan keuangannya dengan prinsip 10-10-80. 10% dari penghasilan dikembalikan kepada Tuhan sebagai persembahan perpuluhan, 10% untuk diinvestasikan, dan 80% dikelola untuk memenuhi kebutuhan hidup.<br /><br />Di sisi yang lain, jika anda menginginkan satu barang dan tidak memiliki uang untuk membelinya, menabunglah lebih dahulu. Setelah terkumpul baru membelinya secara tunai.<br /><br /><strong><em>Ketiga</em>, jangan mengharapkan mukjizat instan, jadilah penghasil uang yang baik.<br /></strong>Untuk dapat menjadi pengatur uang yang baik, anda harus memiliki uang untuk diatur. Bekerjalah secara maksimal untuk menghasilkan uang yang anda butuhkan. Jangan mengharapkan hujan uang karena Tuhan hanya akan memberkati orang yang bekerja keras dan cerdas.<br /><br />---<br />Masalah keuangan menjadi penyebab orang kurang tidur atau tidak bisa tidur, menurunkan performa kerja, bahkan menjadi isu tertinggi yang menyebabkan perceraian.<br /><br />Ada banyak masalah yang timbul karena tidak bisa mengelola keuangan. Jadilah pengelola uang yang baik!<br /><br />-----<br /><br /><strong>Kata-kata bijak:<br /></strong>Orang yang merdeka tidak mengikuti segala 'keinginan daging' yang membuatnya terlilit utang.<br /><br />* * *<br /><br />Sumber: Manna Sorgawi, 20 Januari 2011 (diedit seperlunya)<br /><br />Di-<em>online</em>-kan oleh <a href="http://www.facebook.com/pherlambang">Paulus Herlambang</a>.<br /><br />==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-85362389053924761122010-12-24T18:29:00.000+07:002010-12-24T18:30:00.415+07:00Komitmen dalam PernikahanKomitmen merupakan faktor yang sangat penting dalam membangun keluarga bahagia. Komitmen adalah janji untuk melakukan sesuatu.<br /><br />Ketika seseorang berkomitmen terhadap kebahagiaan keluarganya, maka ia akan melakukan apa saja agar dapat menciptakan kebahagiaan di dalam keluarganya.<br /><br />Dewasa ini banyak pernikahan yang diguncang oleh perceraian. Pada generasi-generasi sebelumnya, perselisihan dalam rumah tangga merupakan hal yang biasa terjadi dan tidak mudah diakhiri dengan perceraian.<br /><br />Suatu permasalahan malah bisa mendewasakan pasangan suami istri. Tetapi sekarang ini, permasalahan sering kali berakhir dengan perceraian.<br /><br />Anak-anak yang menjadi korban perceraian pun mengalami guncangan jiwa yang dapat berpengaruh pada mental dan perilakunya.<br /><br />Salah satu alasan mengapa orang cepat mengambil keputusan untuk bercerai adalah kurangnya komitmen terhadap pernikahan.<br /><br />Ada sebuah pernyataan bagus dari Josh McDowell kepada anaknya, “Aku mencintai ibumu dan aku mencintai keluargaku, itu sebabnya aku tidak akan pernah bercerai.”<br /><br />Jika pasangan suami istri memiliki komitmen yang besar terhadap pernikahan, maka kemungkinan untuk mendapatkan keluarga bahagia akan semakin besar.<br /><br />Kekuatan sebuah komitmen akan mampu mengalahkan kesulitan dan guncangan sebesar apa pun yang datang menerpa keluarga mereka.<br /><br />* * *<br /><br />Sumber: Manna Sorgawi, 24 Desember 2010 (diedit seperlunya)<br /><br />==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-52899034640370231012010-09-08T10:32:00.001+07:002010-09-08T10:35:17.128+07:00Pentingnya KeterbukaanSetiap orang yang melihat pasangan suami istri ini pasti akan berkata, “Harmonis sekali ya.” Mereka pergi ke gereja bersama-sama, pergi ke tempat pelayanan pun berdua. Bahkan ketika ke pasar untuk berbelanja mingguan, sang suami pun ikut serta.<br /><br />Namun, tidak disangka-sangka pada suatu hari sang suami menemui hamba Tuhan dan berkata, “Pak, saya sudah tidak tahan lagi hidup bersamanya.” “Maksud Bapak?” tanya hamba Tuhan.<br /><br />“Saya merasa dibohongi. Selama dua bulan terakhir ini, baru ketahuan kalau dia punya banyak masalah keuangan. Yang membuat saya bertambah kesal karena saya tahu dari orang lain yang bermasalah dengan dia. Saya tidak tahu uang itu digunakan untuk apa. Saya sudah berusaha jujur kepadanya, tetapi dia sendiri malah yang tidak jujur,” jelas sang suami.<br /><br />Hamba Tuhan itu coba meng-<em>konfrontir</em> penjelasan tersebut kepada sang istri yang kebetulan juga datang untuk berkonsultasi tentang suaminya yang akhir-akhir ini sering marah.<br /><br />Sang istri menjelaskan, “Saya tidak bermaksud membohongi suami. Saya hanya tidak mau suami saya patah semangat ketika harus memikirkan ini dan itu. Saya berjuang untuk mengatasinya, tetapi belum bisa sampai sekarang.”<br /><br />Komunikasi langsung sangat penting dalam kehidupan kita, termasuk dalam kehidupan berumah tangga. Jika segala sesuatu dikomunikasikan secara langsung, maka hal ini akan membuat pasangan kita tahu alasan kita melakukan sesuatu dan ia tidak bertanya-tanya dan menduga-duga.<br /><br />Mengomunikasikan segala sesuatu secara langsung akan sangat meringankan beban pasangan kita, karena kita tidak memaksa dia untuk menjadi paranormal yang dapat membaca pikiran orang.<br /><br />Di samping itu, jika ibu di atas mengomunikasikan keinginannya untuk membantu suaminya, mungkin saja suaminya punya ide yang lebih baik, atau suaminya dapat melihat hal-hal yang dapat membahayakan mereka di masa depan. Dan sudah pasti, suaminya akan merasa dihargai.<br /><br />Di sisi lain, keterbukaan mutlak diperlukan. Keterbukaan merupakan kata mutiara yang harus dipraktikkan di dunia nyata bagi pasangan suami istri. Untuk mendapatkan keharmonisan, keterbukaan itu penting.<br /><br />Ingat bahwa ketertutupan dapat mendatangkan masalah, sebaliknya keterbukaan akan membawa berkat bagi pasangan suami istri, atau setidak-tidaknya dapat mengurangi masalah-masalah yang tidak perlu.<br /><br />Jika anda sudah berkeluarga, belajarlah untuk mengomunikasikan segala sesuatu kepada pasangan anda, jangan biarkan ia menduga-duga dan menjadi kecewa!<br /><br />-----<br /><br /><strong>Kata-kata bijak:<br /></strong>Suka atau duka tidak untuk dirasakan sendiri, tetapi diperlukan keterbukaan supaya bisa dirasakan berdua.<br /><br />* * *<br /><br />Sumber: Manna Sorgawi, 8 September 2010 (diedit seperlunya)<br /><br />Di-<em>online</em>-kan oleh <a href="http://www.blogger.com/profile/10532221403391756597">Paulus Herlambang</a>.<br /><br />==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-7994643023946999302010-08-31T10:07:00.001+07:002010-08-31T10:09:02.366+07:00Pilar-pilar KebahagiaanKetika memutuskan untuk menikah, orang pasti mengharapkan sebuah rumah tangga yang bahagia. Bahagia dapat didefinisikan sebagai keadaan atau perasaan senang dan tenteram, bebas dari segala yang menyusahkan. Kita mengharapkan suami atau istri yang penuh pengertian, anak-anak yang sehat dan taat, keuangan yang baik, dan lain-lain.<br /><br />Namun, kebahagiaan tidak datang dengan sendirinya. Kebahagiaan perlu dibangun dan diupayakan. Berikut ini adalah 6 pilar kebahagiaan yang perlu kita kembangkan sebagai suami istri di dalam rumah tangga:<br /><br /><strong>1. Saling menerima<br /></strong>Saling menerima merupakan kunci utama untuk mengatasi perbedaan. Pasangan kita memiliki karakter, kebiasaan, pemahaman, dan mungkin saja budaya yang berbeda jika ia berasal dari suku atau bangsa yang lain.<br /><br />Jangan berusaha untuk mengubah pasangan kita, tetapi mulailah dengan mengubah sikap kita jika memang perlu untuk berubah demi kebaikan bersama. Ketika pasangan melihat perubahan kita, besar kemungkinan ia juga akan mulai berubah atas kesadaran sendiri.<br /><br /><strong>2. Saling menghargai<br /></strong>Saling menghargai berhubungan dengan rasa hormat kita kepada pasangan. Hargailah pasangan sebagai mitra, jangan menganggap dan memperlakukan dia sebagai orang yang lebih rendah. Termasuk juga di dalamnya menghargai pendapat dan ide-idenya, sekalipun pendapatnya tidak sebaik yang anda harapkan.<br /><br /><strong>3. Saling mengutamakan<br /></strong>Kita akan mengutamakan pasangan jika kita menganggap dia lebih penting daripada diri kita sendiri. Mengutamakan diri sendiri akan menimbulkan kesalahpahaman, yang membuat damai sejahtera hilang.<br /><br />Utamakanlah pasangan anda, perasaannya, keinginannya, hobinya, dsb. Sungguh indah ketika suami istri saling mengutamakan. Ada pelayanan timbal balik di antara keduanya.<br /><br /><strong>4. Saling memuji<br /></strong>Sebuah nasihat mengatakan bahwa kata-kata pujian yang kita berikan hendaklah jarang. Artinya: memberikan pujian merupakan hal yang wajar, tapi jangan memberikan pujian yang berlebihan dan mengada-ada. Pujian yang wajar merupakan motivasi yang baik bagi pasangan.<br /><br />Jika selama ini kita terbiasa mengkritik pasangan, sekarang gantilah kritikan itu dengan pujian yang akan membuat pasangan kita bersukacita.<br /><br /><strong>5. Saling mengampuni<br /></strong>Dalam hidup berumah tangga, akan ada kesalahpahaman atau pelanggaran yang dilakukan oleh pasangan. Sebagai orang-orang yang sudah mendapat pengampunan dari Tuhan, suami istri hendaknya juga bersedia memberikan pengampunan ketika sikap atau tindakan pasangan menyakiti hatinya.<br /><br /><strong>6. Saling membangun<br /></strong>Bantulah pasangan anda untuk berubah menjadi lebih baik. Jangan biarkan dia tetap dalam kesalahannya, tegurlah dengan kasih dan doakan dia agar anda berdua semakin baik dan maju.<br /><br />-----<br /><br /><strong>Kata-kata bijak:<br /></strong>Kebahagiaan tidak datang secara instan, ada usaha dan pengorbanan untuk membangunnya.<br /><br />* * *<br /><br />Sumber: Manna Sorgawi, 31 Agustus 2010 (diedit seperlunya)<br /><br />Di-<em>online</em>-kan oleh <a href="http://www.blogger.com/profile/10532221403391756597">Paulus Herlambang</a>.<br /><br />==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-85654324737742510332010-08-13T09:58:00.001+07:002010-08-13T10:00:40.774+07:00Kuncinya Saling MemahamiPada suatu senja sepasang suami istri berdebat cukup sengit di kamar mereka. Perdebatan itu berkembang menjadi pertengkaran dan mereka saling melontarkan kata-kata yang tak semestinya diucapkan. Persoalan-persoalan yang pernah terjadi di masa lalu, yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalah yang sedang mereka bicarakan saat itu, diungkit kembali.<br /><br />Biasanya dalam sebuah pertengkaran, masing-masing pihak akan menggunakan alasan apa saja untuk membenarkan diri, membentengi diri sendiri, dan meraih kemenangan yang semu. Dalam pertengkaran di mana emosi sudah tidak terkendali, maka rekaman kepedihan dan sakit hati di masa lalu yang sudah dimaafkan namun tak dilupakan, akan kembali diputar dan dinikmati dalam keperihan. Pertengkaran mampu ‘mencairkan’ kembali semua perkara yang sudah dibekukan.<br /><br />Ketika suami istri itu berteriak satu terhadap yang lain dan hampir saja lepas kendali, perlahan-lahan pintu kamar mereka dibuka sedikit. Sebuah tangan mungil terulur dari celah yang kecil dan menaruh selembar kertas di engsel pintu. Lalu perlahan-lahan tangan mungil itu menghilang dan pintu ditutup kembali.<br /><br />Kehadiran si tangan mungil mampu menutup kedua mulut yang ramai bertengkar itu. Sang istri berjalan ke pintu dan mengambil kertas yang bertuliskan, “Aku sayang papa dan mama.” Di kertas itu juga ada gambar berbentuk hati yang diwarnai dengan krayon merah. Ternyata putra mereka menaruh perhatian terhadap keributan yang terjadi di dalam kamar. Bocah berusia 8 tahun itu berhasil melakukan bagiannya, mendamaikan papa dan mamanya dengan cara yang sederhana.<br /><br />Sesaat kemudian si istri tak kuasa menahan air matanya, ia menerima surat itu sebagai nasihat yang luhur. Dia memutuskan untuk menghentikan pertengkaran yang hanya akan menyakiti dirinya dan suami yang dicintainya. Pertengkaran yang sengit berhenti, dengan rendah hati mereka melakukan pemberesan.<br /><br />Sore itu tercipta sebuah kesepakatan, mereka membiarkan kertas bergambar hati itu tetap menempel di pintu sebagai sebuah pengingat bagi dua orang yang berkomitmen untuk menciptakan kedamaian dalam rumah tangga mereka.<br /><br />Kedamaian dalam kehidupan berumah tangga diciptakan oleh semua pihak, terutama oleh suami dan istri. Idealnya, jika suami sedang dalam emosi yang tinggi, maka istri sedapat-dapatnya meredamnya dengan berdiam diri; ketika istri sedang berbicara dengan nada yang tinggi, sebaiknya suami mengambil posisi sebagai pendengar yang baik.<br /><br />Jika penghasilan suami terbatas sehingga tidak bisa memenuhi semua kebutuhan yang diinginkan sang istri, maka si istri harus rela menerima keadaan itu sambil mengambil sikap yang benar. Berdoa agar Tuhan membuka pintu berkat bagi keluarga, supaya apa yang dibutuhkan dan diinginkan bisa terpenuhi.<br /><br />Ingatlah bahwa pertengkaran tidak akan memberi titik temu, hanya sikap yang sabar, mengalah, dan pikiran positif yang memampukan kita melihat sisi yang benar.<br /><br />* * *<br /><br />Sumber: Manna Sorgawi, 13 Agustus 2010 (diedit seperlunya)<br /><br />Di-<em>online</em>-kan oleh <a href="http://www.blogger.com/profile/10532221403391756597">Paulus Herlambang</a>.<br /><br />==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-69250895490131760052010-06-30T10:02:00.002+07:002010-06-30T10:06:26.972+07:00Antara Karier dan KeluargaBrenda Barnes besar di lingkungan yang mengajarkan kerja keras, bersedia mendengar orang lain, dan memberi teladan hidup. Nilai-nilai dan teladan hidup itu membantunya menjadi pribadi di atas rata-rata.<br /><br />Pada tahun 1975 ia menyelesaikan pendidikan di bidang bisnis dan ekonomi di Augustana College, Illinois, USA. Setelah lulus, tak banyak peluang kerja yang didapatkan, namun Brenda mau melakukan apa saja. Ia bekerja sebagai <em>waitress</em> atau pelayan restoran, penyortir surat di kantor pos, dan berjualan pakaian.<br /><br />Tahun 1976, Brenda diterima di PepsiCo. Inc, sebagai manajer bisnis di Wilson Sporting Goods, anak perusahaan Pepsi. Di masa diskriminasi gender yang masih sangat kental itu, tak mudah baginya untuk menjalankan tugas-tugasnya. Brenda berjuang keras untuk berkompetisi dengan rekan-rekan kerjanya yang pria.<br /><br />Seiring berjalannya waktu, kariernya terus menanjak. Ia dipercaya menduduki jabatan sebagai kepala penjualan. Brenda kemudian melanjutkan pendidikannya, 1978 ia meraih gelar MBA dari Loyola University. 1996 karier Brenda meroket, ia menduduki jabatan sebagai Presiden dan CEO (Chief Executive Officer) di PepsiCo.<br /><br />Di bawah kepemimpinan Brenda, tahun itu PepsiCo berhasil meraup keuntungan hingga $1,43 miliar. Brenda mulai dikenal sebagai pemimpin yang berhasil membangun identitas merek dagang. Dua puluh dua tahun lamanya ia mengabdi di perusahaan itu.<br /><br />Pada satu titik Brenda mengambil keputusan yang mengejutkan, ia mengundurkan diri. Pada akhir 1997, ia resmi meninggalkan perusahaan yang berhasil dimajukannya. Alasannya sangat sederhana, ia ingin memiliki lebih banyak waktu bersama keluarga.<br /><br />Pada saat menjadi CEO ia bekerja selama 70 jam seminggu, ia bekerja hingga pukul 3.30 pagi, belum lagi jika ia harus melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. Brenda mengakui sehebat apa pun dia, tetap saja tidak akan mampu menikmati dua hal sekaligus secara maksimal, yaitu pekerjaan dan keluarganya.<br /><br />Dengan beragam cara PepsiCo mencoba menahannya, seperti memberi waktu kerja yang lebih fleksibel, mengabaikan absensi, tanggung jawab yang lebih sedikit, dan sebagainya. Namun ia berketetapan untuk fokus pada keluarganya.<br /><br />Keputusannya untuk menolak tawaran tersebut membuat banyak perusahaan di Amerika tersadar dan mengubah budaya perusahaan. Perusahaan-perusahaan tidak lagi sekadar mementingkan urusan pekerjaan, tetapi lebih terbuka untuk mengakomodasi kepentingan pribadi dan keluarga.<br /><br />Keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan harus terus dijaga dengan cara selalu mengevaluasi prioritas secara berkala. Jangan sampai suami/istri dan anak-anak merasa terabaikan karena kita terlalu terobsesi mengejar karier.<br /><br />Apa gunanya kita memperoleh materi yang melimpah dan kedudukan yang tinggi jika pada akhirnya kita dijauhi istri/suami, anak, keluarga, bahkan bisa terhilang dari jalan Tuhan.<br /><br />-----<br /><br /><strong>Kata-kata bijak:<br /></strong>Kebahagiaan menjadi sempurna manakala tercipta keseimbangan antara Tuhan, keluarga, dan karier.<br /><br />* * *<br /><br />Sumber: Manna Sorgawi, 30 Juni 2010 (diedit seperlunya)<br /><br />Judul asli: Antara CEO dan Keluarga<br /><br />Di-<em>online</em>-kan oleh <a href="http://www.blogger.com/profile/10532221403391756597">Paulus Herlambang</a>.<br /><br />==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-26391760847762505452010-05-13T08:06:00.001+07:002010-05-13T08:29:53.125+07:00Saling MenerimaRebecca duduk di ruang istirahat seusai membawakan seminar bertema keluarga.<br /><br />“Apa yang kau bawakan tadi sangat memberkati para peserta,” kata Jane, seorang ibu yang saat itu menemaninya.<br /><br />Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, mata Rebecca mulai memerah dan genangan air mata memenuhi pelupuk matanya.<br /><br />“Mereka pasti berpikir bahwa aku ini istri yang baik dan bahagia,” jawab Rebecca.<br /><br />“Apakah kamu punya masalah serius?” tanya Jane.<br /><br />“Aku sudah menikah selama 14 tahun dan suamiku adalah pria yang sangat baik. Ia jujur, sabar, penyayang dan memiliki pekerjaan yang mapan. Ia penuh perhatian dan selalu menanyakan keadaanku. Ketika aku harus pergi ke suatu tempat untuk membawakan seminar ataupun acara-acara lainnya, ia selalu menawarkan diri untuk menemani jika ia sedang tidak ada acara. Ia dengan senang hati menyiapkan alat peraga yang kubutuhkan untuk membawakan seminar, termasuk membawa alat peraga dan perlengkapan lainnya ke tempat di mana aku membawakan seminar. Ia baik dan menyayangiku.”<br /><br />“Sepertinya tidak ada yang kurang?” kata Jane.<br /><br />“Jane, sudah kukatakan bahwa suamiku sangat baik. Tapi aku menginginkan sosok suami yang bisa memimpin dan bukan melayaniku. Aku mengharapkan agar dia yang lebih terkenal dan menjadi pembicara daripada aku,” jawab Rebecca.<br /><br />Jane memeluk Rebecca dan memberikan nasihat yang cukup singkat, “Ingatkah engkau janji pernikahan yang kau ucapkan 14 tahun yang lalu? Bukankah engkau sudah berjanji akan menerima dia apa adanya?”<br /><br />Rebecca terdiam sejenak. Ia mulai menangis, dan sejak saat itu ia tidak lagi mengharapkan agar suaminya menjadi sosok yang ia inginkan. Ia mulai mensyukuri kelebihan-kelebihan yang ada dalam diri suaminya dan menerima segala kekurangannya.<br /><br />Terkadang kita tidak merasa puas hanya dengan kebaikan, perhatian dan sikap melayani yang pasangan kita lakukan terhadap kita. Idealisme yang terlalu tinggi tidak jarang membuat kita menetapkan standar tertentu untuk pasangan kita. Misalnya: dia harus menjadi orang yang tegas, pintar, berwawasan luas, dan lain-lain. Padahal pasangan kita tidak bisa menjadi apa yang kita inginkan.<br /><br />Kekecewaan karena pasangan kita tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan akan semakin terasa ketika kita mulai membanding-bandingkannya dengan orang lain.<br /><br />Suami atau istri anda pasti memiliki kekurangan, tetapi ingatlah bahwa dia juga memiliki kelebihan. Bantulah pasangan anda untuk mengubah kekurangan di dalam dirinya menjadi kebaikan, tetapi terimalah apa yang tidak dapat anda ubah.<br /><br />Kasih dan penerimaan yang tulus terhadap pasangan membuat anda menerima ketidaksempurnaannya dan tidak mempermasalahkan apalagi meributkannya. Bukankah anda sudah berjanji untuk menerima dia?<br /><br />-----<br /><br /><strong>Kata-kata bijak:<br /></strong>Bukalah kedua mata anda ketika memilih pasangan, tetapi tutuplah satu mata anda ketika sudah menikah.<br /><br />* * *<br /><br />Sumber: Manna Sorgawi, 13 Mei 2010 (diedit seperlunya)<br /><br />Di-<em>online</em>-kan oleh <a href="http://www.blogger.com/profile/10532221403391756597">Paulus Herlambang</a>.<br /><br />==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-82102344018273837762010-05-08T11:32:00.001+07:002010-05-08T11:35:02.450+07:00Membahagiakan Pasangan dengan Memenuhi KebutuhannyaSimaklah kisah berikut ini:<br /><br />Ibuku adalah seorang wanita yang sangat baik. Sejak kecil aku melihatnya gigih menjaga keutuhan keluarga kami. Beliau bangun dini hari, memasak bubur untuk ayah karena lambung ayah tidak baik. Setelah itu ia memasak sepanci nasi untuk anak-anaknya.<br /><br />Setiap sore ibu menyikat panci, sehingga panci di rumah kami bisa dijadikan cermin. Ibuku adalah wanita yang sangat rajin, namun di mata ayah dia bukan pasangan yang baik. Dalam proses pertumbuhanku, tidak hanya sekali ayah menyatakan kesepiannya dalam pernikahan. Ayah tidak memahami ibu.<br /><br />Ayahku adalah seorang pria yang bertanggung jawab. Tidak merokok, tidak minum minuman keras, serius dalam pekerjaan, berangkat kerja tepat waktu, mengatur jadwal sekolah dan waktu liburan anak-anaknya. Beliau adalah seorang ayah yang penuh tanggung jawab, mendorong anak-anaknya untuk berprestasi dalam pelajaran.<br /><br />Di mata kami ayah besar seperti langit, menjaga, melindungi dan mendidik kami. Namun di mata ibu, ayah juga bukan seorang pendamping yang baik. Aku kerap melihat ibu menangis terisak-isak di sudut rumah. Ayah menyatakan ketidakbahagiaannya dengan kata-kata, sedang ibu dengan aksi kepedihan.<br /><br />Dalam proses pertumbuhan, aku melihat dan mendengar ketidakberdayaan dalam pernikahan orangtuaku, tapi sekaligus merasakan betapa baiknya mereka. Aku bertanya pada diriku sendiri, “Dua orang yang baik, kenapa tidak memiliki pernikahan yang bahagia?”<br /><br />Setelah dewasa aku menikah dengan pria yang baik. Di awal pernikahan, aku sama seperti ibu: menjaga keutuhan keluarga, menyikat panci dan membersihkan rumah.<br /><br />Suatu hari ketika aku sedang membersihkan lantai, suamiku berkata, “Sayang, temani aku sebentar mendengarkan musik.” Dengan mimik tidak senang aku menjawab, “Apa kau tidak melihat bahwa rumah masih belum beres? Anak-anak juga belum menyiapkan perlengkapan mereka!”<br /><br />Saat kata-kata itu terlontar aku terdiam. Kata-kata itu tidak asing di telingaku, ibuku kerap berkata demikian kepada ayah. Kesadaran muncul dalam batinku bahwa pernikahanku tengah melangkah ke sebuah kisah di mana dua orang yang baik tidak diiringi dengan pernikahan yang bahagia.<br /><br />Kesadaran itu membuatku bertanya pada suamiku, “Sayang, apa yang kau butuhkan?” “Aku membutuhkanmu untuk menemaniku mendengarkan musik. Rumah kotor sedikit tidak apa-apa, nanti akan kucarikan pembantu untukmu! Dengan begitu kau bisa menemaniku,” ujar suamiku.<br /><br />Sejak hari itu kami menikmati kebahagiaan. Aku belajar membuat daftar kebutuhan suami dan meletakkannya di atas meja, suamiku juga membuat daftar kebutuhanku.<br /><br />Puluhan kebutuhan yang panjang dan jelas, misalnya: waktu senggang menemani suami mendengarkan musik, saling memeluk kalau sempat, setiap pagi memberi sentuhan dan ciuman selamat jalan bila berangkat kerja, dan seterusnya.<br /><br />Saat kebutuhan kami terpenuhi, pernikahan yang kami jalani kian hari kian penuh daya hidup.<br /><br />* * *<br /><br />Sumber: Manna Sorgawi, 8 Mei 2010 (diedit seperlunya)<br /><br />Judul asli: Apa yang Kau Butuhkan?<br /><br />Di-<em>online</em>-kan oleh <a href="http://www.blogger.com/profile/10532221403391756597">Paulus Herlambang</a>.<br /><br />==========Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-39396229839527369932010-03-28T10:18:00.000+07:002010-03-28T10:19:40.389+07:00Berfungsi sebagai RemPak Tio adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan penerbitan. Jarak rumah dengan kantornya sekitar 40 km yang ditempuhnya dengan menggunakan motor. Dia mempunyai istri yang setia dan anak yang cukup berprestasi.<br /><br />Setiap pagi istrinya berkata, “Hati-hati di jalan, jangan ngebut.” Tetapi tidak jarang pada malam hari suaminya berkata, “Aku tadi emosi, ada pengendara motor yang seenaknya dan aku kejar dia.” “Jangan begitu, biarkan saja, nanti kalau celaka kan repot,” jawab istrinya.<br /><br />Sabtu dan Minggu adalah hari yang paling pas untuk istri Pak Tio menjalankan fungsinya sebagai 'rem', karena Pak Tio selalu mengantarnya ke pasar atau ke tempat-tempat lain. Beberapa kali terdengar perkataan, “Awas pelan sedikit,” “Jangan terlalu ke kanan,” “Di belakangnya saja, tidak usah mendahului,” “Awas jalanan sempit,” dan masih banyak yang lainnya.<br /><br />Kadang-kadang Pak Tio kesal dan menjawab, “Ah, adik ini, cerewet banget sih.” Menarik memerhatikan jawaban istrinya, “Kalau aku tidak cerewet, nanti Mas ngebut.”<br /><br />Ternyata fungsi ini dijalankan istri Pak Tio bukan hanya dalam masalah naik motor, tetapi juga dalam hal-hal lain. Suatu kali Pak Tio mendapat informasi dari temannya tentang seseorang yang memfitnahnya. Dia pun bergegas beranjak dari tempat duduknya dan bermaksud hendak melabrak orang tersebut. Tetapi tangan istrinya menghalanginya dan terucaplah kata-kata, “Sabarlah Mas, jangan keburu nafsu. Siapa tahu maksudnya tidak demikian.” Pak Tio pun mengurungkan niatnya.<br /><br />Pada kesempatan lain, dia dibuat kesal oleh anaknya yang tidak pamit ketika pergi ke rumah temannya setelah pulang sekolah. Muka seram dan kata-kata keras pun sudah disiapkan menjelang anaknya masuk rumah. Tetapi istrinya berkata, “Nanti jangan dimarahi ya, biarkan dia makan dulu, nanti kita bilangi saja.” Kali ini pun Pak Tio membatalkan rencananya.<br /><br />Dalam mengambil keputusan pun, istri Pak Tio selalu mengawasinya, siapa tahu keputusan itu dibuat dengan terburu-buru dan berdampak negatif bagi kehidupan bersama.<br /><br />Bahkan dalam masalah makan pun sering kali dia berkata, “Aku sengaja tidak membelikan roti. Nanti dobel, sudah makan malam tambah roti lagi,” atau “Jangan makan gorengan terus, tidak baik.” Demikian yang dilakukan istri Pak Tio, dia benar-benar bisa mengerem suaminya supaya tidak kebablasan.<br /><br />Bukan hanya dalam rumah tangga dibutuhkan seseorang untuk mengerem pasangan hidupnya supaya tidak bertindak kebablasan, di tempat ibadah pun dibutuhkan. Adakalanya seseorang melayani dengan emosional, tanpa hikmat. Hal ini bukan saja tidak menjadi berkat, malah bisa menjadi batu sandungan.<br /><br />Di tempat kerja pun, kita butuh rekan kerja yang bisa mengerem, jika kita berada pada jalur yang salah. Demikian juga di tempat-tempat lain, di lingkungan pemerintahan, di sebuah klub olahraga, dan sebagainya. Sudahkah anda berfungsi sebagai 'rem' bagi mereka yang cenderung kebablasan?<br /><br />-----<br /><br /><strong>Kata-kata bijak:<br /></strong>Ketika kita tidak bisa mengerem diri sendiri, dibutuhkan orang lain untuk mengerem kita. Jangan menolak mereka.<br /><br />* * *<br /><br />Sumber: Manna Sorgawi, 28 Maret 2010 (diedit seperlunya)<br /><br />Di-<em>online</em>-kan oleh <a href="http://www.blogger.com/profile/10532221403391756597">Paulus Herlambang</a>.<br /><br />=======Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-82976916815088406072007-09-19T18:16:00.001+07:002009-05-27T23:16:17.081+07:00Apakah Anda Berpuas Diri Sehingga Mengabaikan Tanda-tanda Masalah Pernikahan?Oleh <a href="http://www.articlehighlight.com/profile/Brandon-Hong/256">Brandon Hong</a><br /><br />Semua pasangan mengalami masa-masa sulit ketika tekanan luar mengalahkan mereka dan banyak hal mulai memburuk di rumah. Hal-hal tersebut tidak selalu merupakan tanda adanya masalah dalam pernikahan. Tekanan keuangan, masalah keluarga, jadwal yang ketat, dan kewajiban karier dapat menimbulkan ketegangan dalam hubungan. Lalu, bagaimana anda dapat mengatakan bahwa masalah-masalah ini merupakan masalah biasa, atau benar-benar merupakan tanda-tanda awal adanya masalah dalam pernikahan yang harus diperhatikan?<br /><br />Marilah kita melihat beberapa tanda umum adanya masalah dalam pernikahan dan hubungan:<br /><br /><strong>a) Berpuas diri<br /></strong>Banyak penasihat pernikahan berpendapat bahwa salah satu tanda peringatan awal adanya masalah dalam sebuah pernikahan adalah berpuas diri (<em>complacent</em>). Menganggap pasangan sudah seharusnya seperti itu, lalai meluangkan waktu bersama, atau lupa mengatakan “Aku mencintaimu” bisa merupakan tanda adanya masalah dalam pernikahan yang dapat menimbulkan krisis yang jauh lebih besar.<br /><br /><strong>b) Berkurangnya kemesraan<br /></strong>Jika cinta anda yang sebelumnya mengebu-gebu telah berkurang, maka itu bisa merupakan tanda lain adanya masalah dalam pernikahan. Tentu saja, berbagai peristiwa dalam kehidupan seperti memiliki anak, pindah tempat tinggal, berganti pekerjaan, atau masalah kesehatan dapat memengaruhi gairah seks, yang tidak selalu merupakan masalah dalam pernikahan. Namun, jika kecenderungan itu terus-menerus terjadi selama beberapa bulan, bisa jadi itu merupakan tanda adanya masalah pernikahan yang harus dicarikan jalan keluarnya.<br /><br /><strong>c) Menghindari konflik<br /></strong>Dalam upaya untuk menghindari pertengkaran, beberapa orang berusaha untuk menghindari konflik sama sekali. Meskipun ini seolah-olah merupakan reaksi yang sehat, dalam kenyataannya hal itu hanya akan menyebabkan masalah pokoknya semakin membesar. Itu juga dapat menyebabkan meledaknya emosi jika telah mencapai puncaknya. Menghindari masalah yang berpotensi membesar bisa merupakan tanda adanya masalah dalam pernikahan.<br /><br /><strong>d) Ingin menang sendiri<br /></strong>Jika salah satu pihak merasa bahwa ia harus menang dalam setiap perdebatan, hal itu merupakan tanda yang meyakinkan adanya masalah pernikahan. Pernikahan merupakan sebuah kemitraan yang memerlukan kerja sama. Seharusnya tidak boleh ada menang dan kalah dalam sebuah pernikahan. Hanya boleh ada kerja sama dan upaya untuk mencapai tujuan bersama. Jika anda tidak melakukan hal ini, mungkin itu merupakan tanda adanya masalah dalam pernikahan anda.<br /><br /><strong>e) Mempertimbangkan untuk berselingkuh<br /></strong>Jika salah satu pihak sedang mempertimbangkan, walaupun baru setengah hati, untuk berselingkuh, itu merupakan tanda adanya masalah dalam pernikahan anda. Berbicaralah secara jujur dengan pasangan anda tentang apa yang dirasa kurang dalam hubungan anda. Berusahalah untuk menyalakan kembali api asmara anda dan padamkanlah tanda-tanda masalah pernikahan sebelum muncul. Akibat jangka panjang dalam hubungan anda yang disebabkan oleh perselingkuhan bisa sangat parah. Jadi, berpikirlah dua kali sebelum anda melakukannya.<br /><br /><strong>f) Liburan masing-masing, hidup sendiri-sendiri<br /></strong>Jika anda dan pasangan anda merencanakan untuk hidup sendiri-sendiri, baik berupa liburan masing-masing, hobi yang membuat anda sibuk di luar rumah, atau bahkan rekening bank yang terpisah, mungkin itu merupakan tanda adanya masalah pernikahan. Hal itu dapat menyebabkan hubungan yang semakin menjauh tanpa disadari oleh kedua belah pihak. Ingatlah bahwa anda merupakan pasangan, dan itu harus diutamakan. Anda dapat mencegah munculnya tanda-tanda masalah pernikahan ini.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.articlehighlight.com/">http://www.articlehighlight.com</a><br />(article directory milik sendiri)<br /><br />Akhirilah Stres dan Kecemasan karena Tidak Tahu Apa yang Harus Dilakukan untuk Menyelamatkan Pernikahan Anda yang Bermasalah! Dapatkanlah tips dan nasihat pernikahan yang telah terbukti keampuhannya hari ini juga. <a href="http://www.ways-to-save-a-marriage.info/articles" target="_blank">www.ways-to-save-a-marriage.info/articles</a><br /><br />*** Artikel di atas diterjemahkan oleh <a href="http://www.facebook.com/profile.php?id=1041880055">Paulus Herlambang</a>. Artikel aslinya (dalam bahasa Inggris) dapat dibaca <a title="klik" href="http://www.articlehighlight.com/Article/Are-You-Complacent-And-Ignoring-These-Common-Signs-of-Marriage-Problems-/962">di sini…</a>Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-66060481129409841312007-09-10T18:31:00.000+07:002007-09-10T18:45:43.876+07:00Cara Rujuk dengan Mantan - Masalah KedewasaanOleh <a href="http://www.articlehighlight.com/profile/Andres-Berger/809">Andres Berger</a><br /><br />Penyebab utama hubungan yang terputus adalah kurangnya kemampuan salah satu atau kedua belah pihak dari orang-orang yang terlibat untuk mempertahankan hubungan yang abadi. Dan penyebab utama yang mendasar dari ketidakmampuan ini adalah ketidakdewasaan.<br /><br />Menjadi manusia dewasa berarti seseorang telah berkembang secara penuh dan siap untuk mengejar sesuatu yang berharga. Orang yang dewasa telah mencapai kestabilan dalam hubungannya dengan orang lain. Ia memiliki kualitas yang diperlukan dalam membangun hubungan berdasarkan minat yang sama serta memiliki kemauan untuk bertumbuh dan memperluas pengetahuannya tentang diri sendiri dan orang lain.<br /><br />Orang yang dewasa ingin menjalin hubungan di mana ia dapat mencintai orang lain dengan cinta yang tidak berkompromi. Menjalin hubungan adalah mencari seseorang untuk dicintai. Bila menjalin hubungan dilakukan dengan tujuan “untuk dicintai”, maka hubungan itu berada pada jalur yang rapuh. Dalam hal ini mungkin tidaklah bijaksana untuk melakukan rekonsiliasi.<br /><br />Orang yang dewasa menolak untuk bersikap gampangan dan sejak awal menolak untuk berkompromi dalam memperoleh cinta seseorang. Kita kadang-kadang menyebut cinta, daya tarik fisik, dan perhatian dari seseorang, tetapi itu bukanlah Cinta. Sering kali itu merupakan upaya untuk memperoleh cinta.<br /><br />Ketika seseorang berkata, “Aku mencintaimu,” pernyataan ini bisa benar atau tidak, walaupun kedua belah pihak mungkin memercayainya saat itu, karena mereka secara tidak sadar atau bahkan secara sadar mendambakan cinta. Pernyataan ini bisa berarti, “Aku suka dengan perasaanku ketika kamu …”, apa pun yang anda lakukan baginya. Hubungan dua orang yang telah dewasa memungkinkan mereka untuk berkomunikasi secara efektif dengan kata-kata, perbuatan, dan pada saat hening, dan ini adalah hubungan yang abadi.<br /><br />Dalam mempertimbangkan apakah anda akan membangun kembali hubungan yang telah terputus dengan mantan istri atau mantan pacar, pikirkanlah dengan jujur jenis hubungan yang anda miliki. Kapan untuk terakhir kalinya anda dan mantan anda saling berpandangan di sebuah ruangan yang banyak orang dan dalam tatapan mata yang singkat itu anda berdua tahu bahwa itu adalah pandangan yang saling mencintai. Kapan untuk terakhir kalinya anda berkata kepada mantan anda, “Jangan menyiapkan makanan malam nanti. Aku akan mengajakmu ke sebuah tempat yang istimewa untuk makan malam bersama, kemudian ke teater”? Kapan untuk terakhir kalinya mantan anda melakukan sesuatu yang benar-benar istimewa bagi anda karena cintanya kepada anda?<br /><br />Seberapa sering anda telah membuktikan cinta anda dengan cara membersihkan meja makan dan mengerjakan tugas-tugas rumah tangga sekadar untuk bisa bersamanya? Kapan untuk terakhir kalinya mantan anda datang dan duduk di samping anda ketika anda sedang menonton pertandingan sepak bola sekadar untuk menghabiskan waktu bersama, walaupun ia tidak menyukai sepak bola? Apakah hubungan anda merupakan hubungan yang dewasa?<br /><br />Sumber: <a href="http://www.articlehighlight.com/">http://www.articlehighlight.com</a><br /><br />Copyright 2007 - Andres Berger memberikan nasihat tentang <a href="http://howtogetbackwithex.bethefinest.com/" target="_blank">Cara Rujuk Dengan Mantan</a> dan juga menerbitkan newsletter yang sangat populer tentang <a href="http://how-to-get-your-ex-back.bethefinest.com/" target="_blank">Cara Mendapatkan Kembali Mantan Anda</a><br /><br />Artikel aslinya (dalam bahasa Inggris) dapat dibaca <a title="klik" href="http://www.articlehighlight.com/Article/How-To-Get-Back-With-Ex---Maturity-Matters/8796">di sini…</a>Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-12152730831915177422007-07-24T09:36:00.000+07:002007-07-24T10:11:03.720+07:00Bagaimana Membuat Hubungan dengan Pasangan Anda Tetap Harmonis?Oleh <a href="http://www.articlehighlight.com/profile/Jerry-Leung/583">Jerry Leung</a><br /><br />Ketika anda memutuskan untuk menikah dengan orang yang anda cintai, tibalah saatnya untuk membuat kesepakatan antara anda dan pasangan anda. Beberapa isu mungkin belum pernah dibicarakan atau tidak pernah dibicarakan secara mendalam sebelumnya. Yang menjadi masalah, isu-isu tersebut mungkin sangat penting dan dapat menghancurkan pernikahan anda di kemudian hari.<br /><br />Berikut ini adalah beberapa isu yang perlu anda pikirkan:<br /><br /><strong>1 Kesetiaan dalam hubungan<br /></strong>Tidak seorang pun dapat bersikap tenang ketika ada orang ketiga dalam pernikahan. Namun, apakah batasan tidak setia itu? Setiap orang mungkin memiliki definisi yang berbeda. Diskusikanlah hal itu dengan pasangan anda dan lihatlah apakah ada perbedaan antara pemikiran anda dan pemikiran pasangan anda.<br /><br /><strong>2 Respek & toleransi<br /></strong>Kita harus menaruh respek dan memercayai pasangan kita. Adanya keraguan yang tak beralasan terhadap pasangan anda hanya akan menimbulkan percekcokan dan merusak hubungan anda berdua. Anda tidak perlu memeriksa daftar nama di telepon genggam atau email pasangan anda. Inilah bentuk respek dan kepercayaan dasar yang harus dimiliki oleh anda berdua.<br /><br /><strong>3 Harapan penghasilan keluarga<br /></strong>Ada banyak biaya yang harus dikeluarkan ketika dua orang menikah. Antara lain biaya sewa, transportasi, makanan, hiburan, dan sebagainya. Standar kehidupan seperti apa yang anda inginkan setelah menikah harus dibicarakan secara mendetail agar tidak terjadi perbedaan harapan.<br /><br /><strong>4 Perbedaan agama<br /></strong>Hormatilah agama pasangan anda. Tidak beralasan untuk meminta pasangan anda pindah agama hanya karena anda. Memahami dan menghormati perbedaan agama merupakan hal yang penting agar hubungan tetap harmonis dalam jangka panjang.<br /><br /><strong>5 Menikmati Hobi Bersama<br /></strong>Apakah hobi pasangan anda? Jika anda sangat menyukai kegiatan luar ruang sedangkan pasangan anda hanya ingin membaca buku di ruang keluarga, hal itu dapat menyebabkan perselisihan dan kekecewaan. Tidak dikatakan bahwa anda berdua harus memiliki hobi yang sama. Berbagi adalah kuncinya. Walaupun anda berdua memiliki hobi yang berbeda, anda masih dapat berbagi kebahagiaan dan kesenangan dari hobi anda kepada pasangan anda. Membiarkannya mengetahui lebih banyak tentang hobi anda akan lebih mendekatkan anda berdua.<br /><br /><strong>6 Memiliki anak atau tidak<br /></strong>Sebelum memasuki pernikahan, perlu dibicarakan apakah anda ingin punya anak atau tidak, karena kadang-kadang hal ini dapat menjadi sumber pertengkaran antara suami istri. Salah satu mungkin ingin punya dua atau tiga orang anak, tetapi pasangannya mungkin tidak ingin punya anak. Kesepakatan dan persetujuan harus dicapai sebelum pernikahan karena ini bukan masalah benar atau salah. Jika anda atau pasangan anda ingin membawa anak ke dalam pernikahan, anda harus memastikan bahwa anak-anak itu dan pasangan anda dapat saling menerima agar dapat terjalin hubungan keluarga yang bahagia.<br /><br /><strong>7 Hubungan Seksual yang Memuaskan<br /></strong>Seks adalah kunci penting yang akan memperkuat pernikahan. Namun, kadang-kadang pasangan suami istri merasa malu untuk membicarakan hal-hal seperti seberapa sering kegiatan seksual akan dilakukan. Ini terutama terjadi di Hong Kong. Posisi seperti apa yang dapat memberikan kepuasan seksual tertinggi bagi anda dan pasangan anda? Tidak ada gunanya menghindari pembicaraan tentang hal ini.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.articlehighlight.com/">http://www.articlehighlight.com</a><br /><br />Jerry Leung adalah seorang desainer undangan pernikahan yang berbasis di Hong Kong. Leung memiliki minat yang besar dalam Undangan Pernikahan Bergaya Chinese. Ia mendesain <a href="http://www.983wedding.com/" target="_blank">Undangan pernikahan unik</a> yang berbeda. Ia juga memiliki website <a href="http://www.imarry.org/" target="_blank">Wedding Tips</a> dan <a href="http://au.imarry.org/" target="_blank">Wedding Vendor Directory</a>.<br /><br />Artikel aslinya (dalam bahasa Inggris) dapat dibaca <a title="klik" href="http://www.articlehighlight.com/Article/How-Can-You-Keep-a-Long-Term-Relationship-with-Your-Partner-in-a-Marriage-/2834">di sini…</a>Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-10268843941223842792007-06-25T21:09:00.000+07:002007-06-25T22:25:39.681+07:00Enam Cara Sederhana untuk Menyelamatkan PernikahanOleh <a href="http://www.articlehighlight.com/profile/Brandon-Hong/256">Brandon Hong</a><br /><br />Tidak ada hubungan yang sempurna, itulah kenyataan yang harus kita hadapi. Pasangan yang paling harmonis sekalipun, suatu saat pasti akan menghadapi masa-masa sulit. Setiap pernikahan memiliki pasang surutnya masing-masing. Namun, pernikahan bisa tetap menjadi hubungan yang memuaskan dan bahagia bila masing-masing pihak menginginkannya. Jika saat ini anda sedang menghadapi masalah dalam pernikahan dan bertanya apakah masalah anda dapat diselesaikan, ingatlah bahwa ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah pernikahan.<br /><br />Salah satu nasihat pernikahan yang terbaik adalah mulailah berkomunikasi dengan lebih efektif. Komunikasi yang buruk merupakan penyebab utama hancurnya sebuah hubungan. Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaiki kesalahan anda dalam berkomunikasi, belilah beberapa buku atau ikutlah kelas-kelas pengembangan diri di kota anda. Banyak di antaranya yang membahas tentang peningkatan komunikasi, dan anda mungkin akan menemukan kelas yang membahas tentang cara menyelamatkan pernikahan!<br /><br />Cara lain untuk menyelamatkan pernikahan adalah berhenti mengkritik. Bahkan ketika anda sedang kesal terhadap pasangan anda, ada banyak cara untuk menyatakan perasaan anda, dan beberapa di antaranya lebih efektif daripada yang lain. Dalam kaitan dengan tips pernikahan, berteriak dan mengomel termasuk cara yang tidak direkomendasikan. Anda boleh menyatakan perasaan, namun lakukanlah dengan cara yang positif dan membangun. Kritik yang menyakitkan tidak ada gunanya.<br /><br />Salah satu cara untuk menyelamatkan pernikahan yang tidak banyak dibicarakan adalah perlunya memiliki kehidupan pribadi. Dapat dimaklumi bahwa setelah sekian lama hidup bersama orang yang anda cintai, anda akan memiliki banyak minat dan teman yang sama. Namun memiliki teman-teman dan minat anda sendiri merupakan hal yang sehat dan merupakan salah satu cara untuk membangun pernikahan yang berhasil.<br /><br />Memerhatikan kepentingan diri sendiri juga merupakan cara untuk menyelamatkan pernikahan. Memiliki waktu untuk melakukan sesuatu bagi diri sendiri agar tetap bugar atau mengikuti kelas peningkatan harga diri akan meningkatkan hubungan anda. Perasaan nyaman terhadap diri sendiri akan membuat hidup anda lebih baik.<br /><br />Terapi pernikahan yang dilakukan secara perseorangan atau berpasangan juga merupakan cara yang positif untuk membangun sebuah pernikahan yang sehat. Berbicara dengan pihak ketiga yang objektif, yakni seseorang yang terlatih untuk mengenali pola-pola yang dapat merusak hubungan, bisa sangat menolong. Para terapis bisa memberikan banyak nasihat atau tips untuk menyelamatkan pernikahan, bahkan ketika sebuah hubungan sedang menghadapi masalah serius.<br /><br />Cara yang sangat berharga untuk menyelesaikan masalah pernikahan adalah perlunya kedua belah pihak untuk saling jujur. Rahasia dan kebohongan tidak akan menyelamatkan pernikahan, melainkan hanya akan menyakiti dan merusak kepercayaan. Bersikap terbuka dan memercayai sepenuhnya kadang-kadang menakutkan, tetapi itu merupakan langkah pasti untuk memperkuat keintiman dalam setiap hubungan.<br /><br />Jadi, bagaimana cara mengatasi masalah pernikahan? Ada banyak cara, tetapi jika anda memiliki komitmen terhadap hubungan anda dan bersedia melakukan apa saja untuk mengatasi masalah yang timbul, maka anda pasti akan merasakan manfaat dari cara-cara yang anda pilih untuk menyelamatkan pernikahan anda.<br /><br />Sumber: <a href="http://www.articlehighlight.com/">http://www.articlehighlight.com</a><br /><br />Akhirilah stres dan kecemasan karena tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan pernikahan anda yang bermasalah! Dapatkan tips dan nasihat pernikahan yang sudah terbukti keampuhannya hari ini. <a href="http://www.ways-to-save-a-marriage.info/" target="_blank">http://www.ways-to-save-a-marriage.info</a><br /><br />Artikel aslinya (dalam bahasa Inggris) dapat dibaca <a title="klik" href="http://www.articlehighlight.com/Article/Six-Simple-Fast-Ways-To-Save-A-Marriage/664">di sini…</a>Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-22755718681644582602007-04-30T09:23:00.001+07:002007-04-30T09:32:11.268+07:00Buatlah Suami Merasa SpesialSesuatu yang akan membuat sebuah pernikahan tetap harmonis adalah kesediaan masing-masing pihak untuk membuat pasangannya merasa dikasihi, dikagumi, dan dihargai. Berikut ini adalah tips bagi para istri untuk membuat suaminya merasa spesial.<br /><ul><li><strong>Jangan memotong atau mengoreksi pembicaraannya ketika ia sedang berbicara</strong>. Biarkan ia menyelesaikan pembicaraannya dan bersabarlah menunggu hingga ia selesai berbicara, baru kemudian anda menyampaikan pendapat anda. Kebiasaan para istri yang selalu memotong pembicaraan suami merupakan kebiasaan buruk yang hanya akan membuat suami merasa tidak dihargai dan dihormati.</li><li><strong>Berikan pujian yang tulus kepadanya di hadapan anak-anak, orangtua dan teman-temannya</strong>. Ini akan meningkatkan rasa percaya diri dan harga dirinya. Pujian yang diberikan kepada suami akan menciptakan penilaian tersendiri di dalam diri orang-orang yang mendengarnya. Anak-anak juga akan merasa lebih bangga terhadap ayah mereka.</li><li><strong>Biarkan ia mengambil waktu untuk santai ketika tiba di rumah</strong>. Ada istri yang tidak rela melihat suaminya beristirahat sejenak, apalagi kalau ia sendiri masih mengerjakan pekerjaan-pekerjaan dapur. Kebiasaan ini akan membuat suami merasa tidak nyaman berada di rumah sendiri. Biarkan ia menikmati istirahatnya dan merasakan ‘<em>home sweet home</em>’.</li><li><strong>Bangunlah ketertarikan yang tulus terhadap pekerjaan dan hobinya</strong>. Mungkin kita tidak menyukai atau mengerti pekerjaan maupun hobi suami, misalnya perdagangan valas atau hobi renang. Belajarlah untuk mengetahui sedikit dan tidak buta sama sekali tentang bidang pekerjaan suami. Bangunlah rasa suka terhadap apa yang disukai oleh suami. Dengan cara ini ia akan merasa didukung dan diberi semangat.</li><li><strong>Siapkan kebutuhannya ketika ia hendak berangkat bekerja atau bertugas</strong>. Jangan bersikap masa bodoh. Jangan malas mengurus suami. Jangan sampai suami bangun, menyiapkan sendiri segala kebutuhannya, kemudian berangkat bekerja, sementara istri masih tidur. Ingatlah bahwa istri adalah penolong bagi suami dan bertugas meringankan bebannya.</li><li><strong>Masaklah masakan kesukaannya</strong>. Cara ini akan membuat suami semakin merasa spesial, diperhatikan, dan disayangi. Dampaknya ia akan lebih bergairah menjalani hidup dan bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarga.</li></ul><p>Keluarga bahagia adalah keluarga yang didambakan oleh semua orang. Kita semua mengharapkan agar hubungan suami istri merupakan hubungan yang indah. Guna mewujudkan semua ini, tentu diperlukan kesediaan suami maupun istri untuk sedapat mungkin membuat pasangannya merasa bahagia.<br /><br />Kata-kata bijak:<br />Peganglah prinsip untuk <em>saling membahagiakan</em>, maka rumah tangga anda akan benar-benar bahagia.<br /><br />Sumber: Renungan Harian <em>Manna Sorgawi</em>, 18 Mei 2007.</p>Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-4980259286183112442007-04-21T09:49:00.000+07:002007-04-21T20:42:14.637+07:00Sembilan Nasihat Pernikahan<p>Tidak seorang pun berharap pernikahannya akan hancur berantakan. Suami maupun istri tentu menginginkan kebahagiaan dalam rumah tangga. Berikut ini adalah sembilan nasihat untuk mencapai kebahagiaan pernikahan. </p><ol><li><strong>Jangan pernah terlintas dalam benak anda untuk bercerai.<br /></strong>Perceraian bukanlah pilihan terbaik untuk menyelesaikan masalah.</li><li><strong>Jangan membandingkan pasangan anda dengan orang lain.<br /></strong>Setiap orang berbeda dan diciptakan dengan keunikan tersendiri. Pernikahan anda pun unik, dan kebahagiaan dalam pernikahan anda akan datang dengan cara yang unik pula.</li><li><strong>Ampunilah pasangan anda.<br /></strong>Anda dan pasangan anda bukanlah orang yang sempurna. Oleh karena itu, berikanlah pengampunan ketika pasangan anda melakukan kesalahan. Jangan biarkan kebencian dan kepahitan terhadap pasangan tumbuh di dalam hati anda.</li><li><strong>Berhentilah mengkritik pasangan.<br /></strong>Kasih tidak mengenal kritik yang menjatuhkan. Kasih juga tidak berusaha mencari kekurangan pasangan. Gantilah kritik dengan pujian, maka anda akan melihat respons yang berbeda dari pasangan anda.</li><li><strong>Kembangkanlah komunikasi yang baik dengan pasangan.<br /></strong>Tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena tidak adanya komunikasi yang baik. Belajarlah untuk <a title="klik" href="http://antarmanusia.blogspot.com/2007/03/seni-mendengar.html">mendengarkan</a> pasangan sebagaimana anda juga ingin didengarkan. Berilah tanggapan positif atas apa yang ia bicarakan, tawarkan pertolongan dan berikan saran.</li><li><strong>Jangan cari di luar rumah atau di dalam diri orang lain apa yang tidak anda dapatkan dalam pasangan anda.<br /></strong>Jika isteri anda bukan seorang pendengar yang baik, misalnya, jangan mencari wanita lain yang dapat dijadikan teman bicara seperti yang anda inginkan. Ini merupakan celah bagi masuknya orang ketiga ke dalam pernikahan anda.</li><li><strong>Percayalah pada pasangan anda, meskipun ia pernah melakukan kesalahan.<br /></strong>Kepercayaan merupakan salah satu fondasi bagi sebuah pernikahan yang kokoh. Tanpa kepercayaan, pernikahan tidak akan langgeng.</li><li><strong>Setiap hari lakukanlah sesuatu yang dapat menyenangkan atau membahagiakan pasangan anda.<br /></strong>Hal-hal yang sederhana sekalipun dapat mengesankan hatinya.</li><li><strong>Mengucap syukurlah kepada Tuhan atas hal-hal baik yang dimiliki pasangan Anda.<br /></strong>Tuliskanlah kelebihan-kelebihannya, sehingga anda dapat melihat bahwa hal-hal positif di dalam diri pasangan anda ternyata dapat menutupi kelemahan-kelemahannya.</li></ol><p>Sumber: Renungan Harian <em>Manna Sorgawi</em>, 29 November 2006.</p>Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-51694223434087919532007-03-29T11:17:00.000+07:002007-04-21T10:11:38.767+07:00Tiga Jenis KasihApakah yang membuat seorang suami tidak menuntut istrinya untuk menyervis dia? Malah sebaliknya, dalam hubungan intim sang suamilah yang berfokus untuk memuaskan kebutuhan biologis istrinya terlebih dahulu.<br /><br />Ternyata kuncinya terletak pada jenis kasih yang ia miliki. Dalam budaya Yunani, dikenal tiga jenis kasih. Yang pertama adalah kasih <em>eros</em>. Jenis kasih ini biasanya menguasai orang yang sedang dimabuk cinta. Dari kata <em>eros</em> muncul kata <em>erotika</em>.<br /><br />Kasih <em>eros</em> adalah kasih terhadap diri sendiri. Seorang suami yang dikuasai oleh kasih <em>eros</em>, ketika ia berkata bahwa ia mencintai istrinya, sebenarnya sedang mengatakan, “Aku mengasihimu istriku, supaya kau melayani kebutuhan-kebutuhan seksualku.”<br /><br />Dalam hubungan bisnis, seseorang yang dikuasai oleh kasih <em>eros</em>, ketika ia tampak begitu peduli terhadap temannya, sebenarnya sedang berkata, “Aku mengasihimu supaya aku dapat memanfaatkanmu demi kemajuan bisnisku.”<br /><br />Kasih <em>eros</em> bersifat merusak. Ia merusak hubungan suami istri, bisnis, pekerjaan, bahkan hubungan dengan Tuhan. Kasih <em>eros</em> hanya menuntut, mengambil, dan menyedot.<br /><br />Jenis kasih yang kedua adalah kasih <em>phileo</em> atau kasih yang bersifat timbal balik. Artinya, kasih yang diungkapkan merupakan balasan atas kasih yang diterima. Orang yang memiliki kasih <em>phileo</em> akan berkata, “Kalau kamu semakin mengasihi aku, maka aku pun akan semakin mengasihimu.”<br /><br />Kasih <em>phileo</em> adalah jenis kasih yang terbatas dan dapat berubah-ubah. Ia mengikuti perasaan. Jika hati sedang terluka atau sakit, maka kasih <em>phileo</em> akan berkurang, bahkan bisa padam sama sekali.<br /><br />Jenis kasih yang ketiga adalah kasih Tuhan atau biasa dikenal dengan sebutan kasih <em>agape</em>. Tuhan hanya memiliki satu jenis kasih ini. Ia tidak mengenal kedua jenis kasih lainnya. Namun, kasih ini dapat dimiliki dan dipraktikkan oleh manusia. Kasih <em>agape</em> tidak tidak tergantung keadaan atau perasaan. Kasih <em>agape</em> adalah kasih yang memberi tanpa syarat.<br /><br />Kasih <em>agape</em> inilah yang seharusnya dimiliki oleh pasangan suami istri, sehingga mereka masing-masing dapat saling memuaskan pasangannya.<br /><br />Tentang hubungan intim suami istri, seorang pembicara bernama Freddy Liong, yang selalu membawakan topik <em>Keluarga Ilahi</em> dalam pembinaan di gereja kami, memberikan resep bahwa suamilah yang seharusnya melayani istrinya terlebih dahulu. Bukan sebaliknya! Alasannya, karena wanita membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai puncak syahwatnya dibanding pria.<br /><br />Referensi: <em>Touching Heaven Changing Community </em>(<em>THCC</em>) – Seri Berbuah, Ir. Eddy Leo, M.Th., Metanoia Publishing, Cetakan Pertama, Maret 2007, hlm. 24 – 30.Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-1316712022148112378.post-30754520335376260792007-03-27T11:43:00.000+07:002007-04-21T10:09:35.525+07:00Istri Menyervis Suami?Minggu sore (25/3) yang lalu, istri saya pulang dari sebuah retreat di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Ia menumpang mobil milik sepasang suami istri. Dalam perjalanan pulang itulah sang suami bertanya kepada Debby, istri saya, bagaimana supaya istrinya mau menyervis dia. Menurutnya, kalau begini terus, lama-lama ia bisa ‘jatuh’ juga. Mendengar itu, istrinya kontan menjawab, “Kamu kasih dulu <em>dong</em> uang yang banyak. Saya pasti mau <em>nyervis</em> kamu.”<br /><br />Debby menjawab sang istri, “Wah, kamu mesti ikut Wanita Bijak (nama sebuah pelayanan khusus untuk wanita). Di Wanita Bijak, memang banyak <em>tuh</em> istri-istri yang minta segala macam kepada suaminya. Ada yang minta dibelikan hp, baru mau melayani suaminya.” Debby menambahkan, bahwa pada akhir sesi yang membahas tentang permintaan para istri tersebut, banyak wanita yang maju ke depan untuk menyatakan penyesalannya dan berkomitmen untuk tidak melakukannya lagi.<br /><br />Malam itu di meja makan, setelah Debby bercerita tentang percakapannya dengan kedua temannya itu, sebenarnya saya ingin mengatakan sesuatu. Namun, saya menahannya. Saya memang tipe orang yang tidak cepat berbicara, kalau saya merasa bahwa omongan saya mungkin kurang tepat. Jadi, saat itu saya hanya menjadi pendengar yang baik.<br /><br />Pagi ini (Selasa, 27/3), saya berkesempatan untuk membahas percakapan Debby dengan kedua temannya itu lagi. Saya mengungkapkan kalimat yang sudah ada di benak saya sejak Minggu malam, “Harusnya kamu jawab begini kepada suaminya. Kayak suami saya <em>dong</em>, dia yang <em>nyervis</em> saya!” Ya, pembaca, ini memang urusan dalam negeri. Tetapi di sini terkandung sebuah konsep yang mendalam. Saya akan membahasnya dalam artikel berikutnya.<br /><br />Mendengar ucapan saya, Debby langsung menjawab, “Iya, di kantor, saya juga pernah bilang ke teman-teman (wanita), bahwa saya <em>gak</em> akan berselingkuh, karena untuk urusan yang satu itu saya mendapat pelayanan yang memuaskan (diservis).” Ia malah berani berkata kepada teman-temannya, “Kalian pada <em>nyervis</em>, kan?”Paulus Herlambanghttp://www.blogger.com/profile/10532221403391756597noreply@blogger.com