Sebuah acara pernikahan di Gereja St John’s Church, Surrey, Inggris tiba-tiba menjadi heboh. Pasangan mempelai, Lewis Aubrey dan Elizabeth Gray, kehilangan cincin kawin yang dibawa oleh kakak mempelai pria karena cincin itu terjatuh di lantai gereja.
Baru dua jam kemudian cincin itu diketemukan kembali. Untunglah ada yang bersedia meminjamkan cincin demi acara sakral itu bisa berlangsung.
Sebuah ilustrasi yang mengingatkan bagaimana kondisi pernikahan di zaman ini. Beberapa di antara pasangan pernikahan telah mengalami “cincin kawin yang jatuh” (maksudnya perceraian).
Cincin kawin jatuh karena tersandung kata “tidak cocok”. Apakah Tuhan pernah menciptakan orang yang cocok? Tuhan menciptakan orang yang berbeda, laki-laki dan perempuan, dengan karakter yang berbeda.
Pernikahan bukan untuk mencocokkan, tetapi membuat orang yang berbeda saling menghargai, saling menerima, dan saling menyesuaikan. Jangan mudah berkata “tidak cocok” sehingga terjadi tragedi “cincin kawin yang jatuh”.
Cincin kawin jatuh karena masuknya “orang ketiga”. Ya, hanya dua, bukan tiga, empat, lima orang dan seterusnya. Sadarilah kelemahan kita sebagai manusia, di mana laki-laki adalah orang yang mudah jatuh cinta dan perempuan adalah orang yang maunya “berkuasa” sehingga kebahagiaan bisa terkoyak. Terkoyaknya kesatuan itu akan memudahkan masuknya “orang ketiga”.
Persatuan dua insan itu bukan seperti lilitan tali yang dianyam, melainkan seperti dua lembar kertas yang saling direkatkan. Dimulai dari lem masih basah sampai mengeras. Sehingga kalau sampai sobek, maka akibatnya fatal atau terkoyak. Peganglah erat-erat pernikahan Anda dengan hati, kemesraan, air mata, doa, dan firman Tuhan.
Peristiwa pernikahan dengan “cincin kawin yang jatuh” di atas berakhir bahagia, karena setelah dua jam cincin itu ditemukan kembali. Mintalah Tuhan membuat Anda berdua saling berpegangan erat demi cincin pernikahan yang telah terpasang. —Pdt. Em. Andreas Gunawan Pr.
* * *
Sumber: KristusHidup.com, 15/10/2012 (diedit seperlunya)
==========